watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MANDI KUCING

Pada hari Sabtu, aku masuk ke sebuah warnet
dan langsung meng-klik mIRC, program chatting.
Aku sengaja memakai nama yang agak
‘menjurus’ porno, lick_your_. Nama ini diilhami
oleh sebuah film VCD porno yang kutonton
beberapa waktu lalu, film tentang oralseks dan
semacamnya. Seperti biasa, yang menyapa selalu
nickname pria, dan sesungguhnyalah hal itu
menyebalkan, maka nickku kuganti, M_want_lick.

Tetapi setelah lebih dari 30 menit, tak satupun ada
nick yang menyapaku, ah, sialan memang.
Akhirnya aku iseng-iseng mengklik beberapa nick
yang mungkin kepunyaan perempuan. Tetapi tak
satupun membalas. Ah, barangkali mereka ngeri
melihat nickku. Tetapi aku tak putus asa, aku
terus-menerus mencari hingga setelah hampir
satu jam barulah ada balasan dari nick, julia_^
Dan dimulailah pembukaan klise yang
membosankan sebetulnya, seperti”Hi, asl? Kul/
ker?, Kul di mn?, Di mana nih?, Lagi ngapain?
Nama?”, Dan semacam itu.
Tetapi pada akhirnya dia bertanya “Eh, Nickmu
kok aneh?”.
Karena pada dasarnya aku iseng saja memakai
nick-ku itu, maka kujawab sekenanya”Ya itu
menunjukkan keinginanku dong.”
Lalu muncul emoticon tersenyum di layar
komputer. Sejurus kemudian percakapan beralih
ke soal seks.
Nick yang mengaku bernama Julia ini katanya f 20
yk, masih kul dan belum pernah berhubungan
seksual. Dari percakapan yang porno-porno
ketahuan ternyata julia ini juga ingin mencoba
merasakan orgasme dengan pria, namun katanya
dia takut kalau perawannya hilang. Dia mengaku
hampir setiap hari bermasturbasi, dan pernah
sekali melakukan phonesex dengan seseorang.
Aku jadi tertarik.
Lantas dengan iseng-iseng kubilang
kepadanya”Bagaimana kalau kubantu
bermasturbasi tanpa ml?”.
Pada mulanya dia ragu-ragu, tetapi, yang
mengejutkanku, adalah jawabannya”Boleh? Kalau
kamu mau.”.
Seketika aku merasa ada getaran di perutku, ada
sedikit birahi timbul karena pikiranku teringat
kembali adegan VCD porno yang kutonton
beberapa hari yang lalu.

Singkat cerita, kami
mengadakan semacam negosiasi perjanjian, dan
saling bertukar nomer HP. Keputusannya adalah
kami akan bertemu Minggu sore jam 3 di mall
Malioboro.
Pukul tiga sore hari, di sebuah resto cepat-saji,
aku duduk menunggu perempuan yang
mengaku bernama Julia. Sebenarnya aku merasa
sedikit minder, karena barangkali aku tak terlalu
charming, tak terlalu tegap, hanya lelaki biasa
saja. Aku bertanya-tanya, apakah aku akan
bertemu dengan sosok secantik bidadari, dengan
pakaian ketat, payudara menonjol, berkulit putih
mulus dengan bibir sensual? Ataukah aku akan
bertemu dengan gadis gemuk, dengan bedak
tebal dan rambut kriting? Hati dan pikiranku
tegang membayangkan beragai kemungkinan
penampilan dan wajah si perempuan yang
mengaku bernama Julia.
“Budi”, sebuah suara perempuan terdengar dari
belakang.

Hatiku berdesir, sedikit panik. Aku tiba-tiba
merasa takut ditolak, atau dilecehkan, dan kepala
ini rasanya berat sekali untuk menoleh.
Untunglah, perempuan itu lantas duduk di
depanku. Ah, wanita yang ada didepanku ini
ternyata tak segawat yang kubayangkan. Dia
perempuan biasa, berkulit seperti kebanyakan dari
kita, sawo matang, dengan rambut sebahu.
Wajahnya biasa saja, payudaranya juga ukuran
normal -mungkin ukuran 34. dan tubuhnya juga
tak bahenol-bahenol amat. Tetapi karena dia
memakai rok selutut yang ketat dan baju yang
juga ketat, maka memandang lekuk tubuhnya
saja sudah cukup untuk membuat birahi naik.
Seperti biasa, selalu ada basa-basi dalam setiap
percakapan.

“Bagaimana kabarmu? Sudah lama? Mau minum
dulu?”
Dan beberapa basa-basi lainnya. Kami pesan
minum. Lalu lima belas menit kami masuk ke
pokok pembicaraan.
“Masih ingat apa yang kita bicarakan kemarin di
chatting?”, tanyaku.
“Iya, mm, kamu serius kan?”, tanyanya sambil
menatapku.
sesungguhnyalah aku ragu-ragu, tetapi ada
dorongan yang membuatku menjawab”Ya aku
serius.”
“Terus, di mana?”, tanyanya.
Aku berpikir sejenak. Aku benar-benar tak punya
tempat dan tak punya pengalaman sama sekali
menghadapi keadaan seperti ini. Tetapi aku ingat
bahwa di lokasi Parang Tritis ada beberapa
losmen yang membebaskan penyewanya untuk
melakukan apa saja.

“Bagaimana kalau ke pantai, sekalian jalan-jalan?”,
aku menawarkan kepadanya.
“ke Parang Tritis? Naik apa?”
“Motor”
Dia tercenung sejenak, lalu dengan tersenyum dia
menganggukkan kepalanya.
Empat puluh menit kemudian kami sampai di
pantai. Setelah memesan kamar, kami lantas
berjalan-jalan ke pantai. Berbicara banyak hal,
seperti layaknya orang pacaran. Kadang-kadang
saling menggoda, tertawa, mencubit dan
memeluk, atau bermain air. Pada pukul 6 sore
kami lelah bercanda, dan memutuskan untuk ke
kamar losmen. Kami berjalan sambil
bergandengan tangan. Meski mentari telah
terbenam, namun cahayanya masih tersisa
sedikit hingga membuat lanskap pantai menjadi
samar-samar. Kami berjalan berdempetan,
tangannya memeluk pinggangku dan aku
merengkuh bahunya. Tetapi kami hanya
membisu, barangkali tenggelam dalam khayalan
masing-masing. Sesampainya di kamar aku
segera mandi. Setelah selesai gantian dia yang
mandi. Pada saat ini aku memaki diriku
sendiri”Bodoh Kenapa tak mandi bersama”. Ah,
sudah terlanjur,
Pintu aku kunci. Julia duduk di pinggir ranjang
sambil menyisir rambutnya yang basah terurai.

Aku memandang tubuhnya, yang masih
berpakaian lengkap. Tetapi roknya yang selutut
sedikit tersingkap. Ah, barangkali benar kata
sebagian orang, baju yang tidak terlalu terbuka,
yang hanya tersingkap, selalu lebih
menggairahkan. Aku melirik ke pahanya yang
mulus, karena roknya sedikit tersingkap ke atas.
Pelan-pelan birahiku timbul. Aku pun
mendekatinya. Lalu duduk di sampingnya. Dia
berhenti menyisir rambut.
Sambil berbisik aku katakan
kepadanya”Bagaimana kalau kita wujudkan
khayalan kita kemarin?”
Dia tersenyum, menatapku lekat-lekat, lalu
memejamkan matanya dengan dagu sedikit
menengadah, Menurutku, inilah salah satu daya
tarik perempuan, ekspresi wajahnya yang pasrah
dan penuh harap selalu menyenangkan untuk
dipandang. Aku tak langsung mendekapnya,
hanya menikmati seluruh wajahnya yang sedikit
tengadah, memandagi lekuk-lekuk bibir dan
dagunya, sampai akhirnya aku usap bibirnya
dengan jemariku.

Julia hanya membuka matanya sedikit, tetapi
masih diam saja. Namun aku mendengar
nafasnya sedikit memburu. Aku mulai
memegang pahanya dengan tangan kiri, kuelus-
elus ke atas sambil menyingkap roknya. Pada
saat yang sama Julia juga memegang leherku, kali
ini bibirnya sedikit di buka, dan lidahnya tampak
bergerak-gerak di antara kedua giginya. Jari
tanganku kumasukkan ke sela-sela bibirnya, dan
dia mengulumnya. Kali ini tangan kiriku sudah
merayap sampai ke pangkal paha, dan aku mulai
mendaratkan bibirku di dahinya. Kemudian aku
mulai mencium kedua matanya, pipinya, dan
kemudian beralih ke daun telinganya. Kata orang
telinga perempuan adalah salah satu titik sensitif,
maka aku mencoba mengelitiknya. Kali ini aku
menjilati belakang telinga. Mencium dan
menghisapnya, kini aku mulai mendengar nafas
Julia menjadi tak teratur. Aku lalu menelusuri
lehernya dengan lidahku, kemudian lidahku
merayap ke dagu, dan akhirnya aku mencium
bibirnya. Lidah Julia sedikit menulur ketika aku
hendak melumat bibirnya, karena itu aku lantas
sentuhkan lidahku dengan lidahmnya, lalu
menghisap lidahnya. Julia membalas dengan
semangat dan lantas aku melumat semua
bibirnya. Pada saat yang sama kedua tanganku
mulai membuka pakaiannya. Setelah terbuka, aku
lepaskan ciumanku, dan tanganku mulai merayap
dari pusar, ke perut, dan akhirnya ke dadanya.
Julai hanya diam menatap tanganku yang
mengusap-usap semua bagian perut hingga
dadanya, lalu dia membuka tali bra-nya. Kali ini
payudaranya sama sekali tak tertutup.
Aku mulai mengelus-ngelus payudaranya, dan
sesekali meremasnya. Sekarang Julia mulai
terdengar suara lirihnya. Aku lalu membuka
kaosku, lalu aku tarik tubuhnya dan kamipun
berpelukan bersentuhan kulit secara langsung.
Rasa hangat dan nyaman menjalar dari perut,
dada dan ke seluruh tubuhku ketika kulit kami
bersentuhan. Aku merasakan empuknya
payudara Julia sambil kembali berciuman, kali ini
ciuman kami lebih bergairah, dan Julia mulai
terengah-engah, begitu juga aku. Aku
menciumnya sembari terus meremas
payudaranya, sementara tangan julia mengusa-
usap punggungku.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com


“Ah, Mas, ohh.”, hanya desahan lirih itu yang kini
terdengar sayup ketika aku mulai menjilati leher
dan menciuminya.
Aku mencium bau kewangian sabun di
tubuhnya. Jilatanku terus menurun hingga
akhirnya sampai di belahan payudaranya. Aku
kemudian mengulum payudaranya bergantian,
sembari meremas-remas pantatnya. Julia terus
mendesah, dan suara rintihan itu membuatku
bersemangat. Lalu aku rebahkan tubuhnya
dengan pelan di ranjang. Aku mulai merayap naik
menindihnya, dan mulailah aku mencoba
mempraktekkan ritual mandi kucing yang
kutonton kemarin.
Pertama aku ulangi lagi dengan melumat
bibirnya, kemudian menciumi leernya, terus ke
bahunya, dan kemudian lidahku merayap ke
lengannya, dan ketiaknya. Pada saat yang sama
tanganku mengusap seluruh tubuhnya. Julia
menggeliat dan mendesah setiap kali tanganku
meremas payudaranya atau aku menekankan
penisku yang masih tertutup celana ke vaginanya
yang tertutup rok. Lidahku terus bergerilya
menyapu seluruh tubuh, kedua tangan, dan
payudaranya. Dan setiap kali aku menilati
putingnya, erangan Julia semakin sering
terdengar dan dia kerap menahan nafas,
tangannya kadang-kadang meremas-remas
kepalaku. Lidahku masih merayapi dadanya
selama beberapa menit, lalu aku turun untuk
menyapu perut dan pusarnya dengan lidahku,
pada saat itulah aku mulai membuka rok Julia,
dan kini Julia tinggal memakai celana dalam.
Akupun membuka celanaku,
Aku tak langsung membuka celananya, tetapi
menciuminya dan menggesek-gesek gundukan
vaginanya dengan hidungku, kadang-kadang
kutekan-tekan dengan daguku, sementara
tanganku merayap ke atas meremas kedua
payudaranya.

“Ohh, Mass, buka Mas,”, katanya memohon.
Aku pelan-pelan memelorotkan celana dalamnya.
Setelah dia telanjang bulat, aku lalu mulai
mengusap-ngusap vaginanya dengan tanganku.
Aku teus menciumi perutnya lalu aku mulai
menjilati pusar, terus turun ke daerah rambut
kemaluannya, dan akhirnya ke bagian atas
vaginanya. Julai mendesah saat aku mencium
lembut permukaan vaginanya. Aku lalu
bentangkan kedua kakinya, hingga vaginanya
merekah. Aku lalu menenggelamkan kepalaku ke
vaginanya. Aku jilati vaginanya dari atas ke
bawah, kiri kanan, kadang melumatnya atau
menghisapnya, sementara itu cairan dari
vaginanya semakin deras. Aku lalu rekahkan
vaginanya, dan dengan ujung lidahku aku mulai
menjilati klitorisnya. Mula-mula pelan, dan pada
jilatan pertama Julia langsung mengangkat kedua
pantatnya sambil mengerang tertahan, lalu sambil
kuangkat sedikit pantatnya, aku mulai melumat
semua bagian vaginanya, menjilati di daerah
antara anus dan vagina, dan mengisap
klitorisnya. Kedua pahanya menjepit kepalaku,
dan aku semakin cepat menjialti vagina dan
klitorisnya sambil meremas pantatnya.
“Ohh, aa, hh.”, suara seperti itu terus keluar dari
mulut Julia, hingga pada akhirnya Julia tiba-tiba
menekankan vaginanya ke mukaku, dengan
tubuh bergetar, kedua tangan Julia
mencengkeram erat rambutku dan pahanya
ditekankan kuat-kuat menjepit kepalaku, dan aku
tahu Julia sedikit lagi akan orgasme. Aku percepat
dan perkuat isapan dan jilatanku, dan akhirnya
Julia menggelinjang tak terkendali, dan
mengerang sedikit keras. Dia orgasme, Lalu
tubuhnya terhenyak di ranjang. Aku bangkit dan
memandang wajahnya yang berkeringat dan
nafasnya masih tersengal-sengal, tetapi dia
tampak tersenyum.”Gantian ya”, kataku
memohon, sebab penisku sudah sedemikian
tegangnya di celana dalamku.
Dia mengangguk pelan. Pada mulanya dia hendak
bangkit, tetapi kucegah.

“Jangan, Kau berbaring saja, turuti kataku.”
Aku pun membuka celanaku. Julia hanya
menatap pada penisku yang sedang tegang. Lalu
tangannya menyentuh kepala penisku dan
mengusap-usapnya. Aku terhenyak. Lalu aku
arahkan penisku ke belahan payudaranya.
Kuminta dia meremas penisku dengan kedua
payudaranya, aku gesek-gesekkan penisku di
antara kedua payudaranya. Hangat dan nyaman
rasanya. Kemudian aku duduk bersandar, dan
Julia kutarik untuk bangun, lalu aku menatap
wajahnya, dia rupanya mengerti dan mulailah
lidahnya terjulur menjilati kepala penisku. Aku
sungguh merasa nikmat, apalagi ketika julia mulai
memasukkan penisku ke mulutnya dan
menghisapnya. Dia menjilati batang penis mulai
dari pangkal hingga ke ujung kepala sebelum
akhirnya dia mengisap penisku dan
mengulumnya. Ahh, aku serasa melayang, dan
tak lama kemudian aku sudah tak tahan, aku pun
memuntahkan maniku dimulutnya dengan rasa
nikmat yang bukan kepalang,
Malam itu kami tidur berpelukan. Dan keesokan
harinya, kami melakukan oral seks dengan gaya
69. Dan sesuai perjanjian, aku tak boleh
memasukkan penisku ke vaginanya. Aku jadi
mengkhayal, kalau begini saja sudah begitu
nikmat bagaimana jadinya kalau nanti
dimasukkan? Tetapi aku dan Julia sudah sepakat
untuk saling memuaskan dengan tanpa penetrasi
penis. Itupun sudah sangat nikmat, dan aku tak
beresiko menghamili atau merusak keperawanan
anak orang.
Ah, untunglah lidah itu lembut dan tak bertulang,
pijatan lidah memang lain rasanya.

TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1457
U-ON

inc Powered by Xtgem.com